Fasya dan Annisa

 NOVEL FASYA BASMARA

1986 : Namaku Fasya Basmara.

Fasya adalah perpaduan nama mama dan abah, Fatmah Syarif, sementara Basmara merujuk kepada dua kota kelahiran mereka, Banjarmasin Semarang

Aku pulang ke Jakarta setelah dua tahun berada di Brunei, Malaysia, Thailand, India dan Bangladesh.

Ini hari pertamaku di Jakarta : Dari airport aku menumpang bis Damri dan turun di Jalan Hayam Wuruk. Niatku ingin mencari Mesjid Jami Kebon Jeruk. Aku berjalan kaki menyusuri Jalan Hayam Wuruk. Di depan aku melihat seorang lelaki tua dengan wajah bersih, berbaju koko dan sarung berjalan menuju ke arahku. Dengan spontan aku ucapkan salam dan bertanya : “Pak mesjid Jami Kebon Jeruk dimana ya?”

Lelaki tua itu kelihatan gembira sekali mendengar aku bertanya dimana mesjid tersebut. Dia tersenyum ramah sekali dan balik bertanya : “Kamu ikut dakwah keliling juga?” 

“Iya pak,” jawabku, “saya baru pulang ikut program latihan dakwah 4 bulan di India dan Bangladesh.”

“Masya Allah,” serunya dengan perasaan gembira, “Kalau begitu ayo mampir ke rumah aku dulu, nanti saya antarkan ke mesjid yang kamu cari.”

Lelaki tua itu bernama Abdur Rasyid. Beliau adalah kenalan baru pertamaku di Jakarta sesudah aku balik ke tanah air. Aku cepat akrab dengannya. Pas sekali kami berdua dilahirkan di kota yang sama : Banjarmasin. Beliau pengusaha restoran di jalan Hayam Wuruk. Istri beliau dari Banjarmasin juga. Pak Abdur Rasyid mempunyai sebelas orang anak. Hampir semua anak-anaknya di lahirkan di Jakarta. Anaknya yang ke enam bernama Annisa beberapa bulan kemudian menikah denganku. Begini ceritanya :

Malam kedua Iedul Fitri aku berada di mesjid Jami Kebon Jeruk. Mesjid ini terletak di jalan Hayam Wuruk, mesjid tua yang usianya sudah ratusan tahun. Aku bertemu dengan Pak Abdur Rasyid malam itu dan sesudah sholat Isya beliau mengajakku mampir ke rumah beliau. Malam itu aku bercerita bahwa aku ditawarin menikah oleh kenalan-kenalan beliau : Pak Zakaria dan Pak Syamsudar. Pak Zakaria menawarkan aku untuk menikah dengan anak gadisnya dan Pak Syamsudar menawarkan aku untuk menikah dengan adik iparnya. Kedua perempuan itu sudah dipertemukan dan dikenalkan oleh Pak Zakaria dan Pak Syamsudar kepadaku. Aku meminta pendapat Pak Abdur Rasyid dengan siapa sebaiknya aku menikah dari dua calon perempuan ini. Jawaban beliau sungguh diluar dugaanku : “Fasya, terus terang dua orang calon ini baik sekali dan mereka juga dari keluarga yang baik.” Memang Pak Abdur Rasyid sangat akrab sekali berteman dengan Pak Zakaria dan Pak Syamsudar. “Tapi, Fasya….kalau kamu masih ragu untuk memilih dan ingin sholat istikharah….aku tambahkan pilihan yang ketiga yakni……Annisa, anak ku yang ke enam.”

Subhanallah aku kaget sekali mendengar perkataan beliau. Jujur saja di malam sebelumnya yakni di malam Iedul Fitri aku sudah sholat istikharah dan sesudah sholat yang teringat adalah anak gadisnya Pak Abdur Rasyid meskipun aku belum pernah melihatnya. Aku hanya mendengar kabar bahwa beliau mempunyai anak perawan cantik yang sedang beliau carikan jodohnya. Tapi sesudah sholat istikharah itu aku berpikir tak mungkin aku menikah dengan anak Pak Abdur Rasyid karena setahu aku dia sudah dilamar oleh Kosasih, temanku dari Cirebon yang aku kenal sewaktu kami di India.

“Bukankah anak gadis Bapak sudah dilamar oleh Kosasih?”, tanyaku. “Oh bukan Fasya, yang dilamar oleh Kosasih bukan Annisa tetapi Amira, adiknya Annisa. “Sungguh pak?” kataku dengan gembira dan penuh harapan. Pada suatu malam di bulan ramadhan yang baru lewat aku bermimpi diperlihatkan seorang perempuan cantik berjilbab yang begitu jelasnya mimpi tersebut sampai motif dan warna pakaian dari perempuan tersebut terus melekat diingatanku. Dan perempuan yang aku lihat dalam mimpi tersebut bukan anak Pak Zakaria atau adik iparnya Pak Syamsudar. “Pak bolehkah saya melihat Annisa?”

Pak Abdur Rasyid tersenyum, “Kapan? Mau lihat sekarang?” Malam sudah cukup larut ketika itu. “Iya pak, kalau Bapak tidak keberatan, saya ingin melihatnya sekarang.” Kembali Pak Abdur Rasyid tersenyum. “Sepertinya dia sudah tidur…. Tapi saya akan coba bangunkan.” Pak Abdur Rasyid meninggalkan aku di ruangan tamu dan masuk ke dalam. Beberapa menit kemudian, keluar dua orang wanita menemuiku. Dua-duanya cantik khas Pakistan (memang Pak Abdur Rasyid adalah keturunan Pakistan yang lahir di Banjarmasin). 

“Saya Zahrah dan ini adik saya Annisa”, perempuan yang lebih tua memperkenalkan dirinya dan adiknya. Annisa kulihat menunduk malu dan ketika dia mengangkat wajahnya……subhanallah inilah perempuan yang aku lihat dalam mimpi, persis sama bahkan warna dan motif bajunya sama persis seperti yang kulihat dalam mimpi…..subhanallah Allah Akbar. “Saya Fasya……” Dari percakapan awal kami aku mengerti bahwa Zahrah sudah bersuami dan mempunyai dua orang anak.

“Katanya Fasya pernah menjadi pemain musik di Amerika ya?” Tanya Zahrah. Aku tersenyum, ko sampai juga kabar kepada mereka bahwa aku pernah tinggal di Amerika. “Ah Cuma main musik kecil-kecilan….aku sekolah disana sebetulnya…..ngomong-ngomong Annisa masih sekolah?” Annisa hanya tersenyum dan Zahrah yang menjawab, “Annisa tamat SMA……sekarang di rumah saja…” Sekitar lima menit aku dikenalkan dengan Annisa, sesudah itu mereka berdua kembali masuk kedalam dan digantikan kembali oleh Pak Abdur Rasyid.”Bagaimana Fasya………” Pak Abdur Rasyid memandangku dengan tersenyum.

“Pak…..terserah mau percaya atau tidak….. sebelum saya dipertemukan dengan Annisa saya sudah melihat dalam mimpi…..persis pak, bahkan motif dan warna bajunya. “ Ya sudah, kalau begitu kirim saja keluarga kamu kemari untuk melamar……”

Aku pulang ke rumah tanteku dengan perasaan bahagia malam itu. Di Jakarta aku tinggal di rumah tante Ramlah, adik kandung ibuku. Aku langsung bercerita malam itu juga kepada om dan tante tentang pertemuanku dengan Annisa dan meminta mereka untuk datang melamar. Mereka kaget dan surprised sekali awalnya tetapi sesudah aku berikan pengertiaan dan jpenjelasan panjang lebar akhirnya mereka setuju untuk melamarkan anak gadisnya Pak Abdur Rasyid. Hampir aku tidak bisa tidur malam itu membayangkan bahwa aku akan dilamarkan om dan tanteku dan akan menikah.


Komentar

HIT COUNTER

Flag Counter

Alhamdulillah for all the chances You give to us, my Lord

Calendar Widget by CalendarLabs