MALAIKAT BERSORBAN BAGIAN KETIGA
| NEW 1 | NEW 2 | PAGE 1 | PAGE 1B | AL QURAN TERJEMAH PERKATA | PAGE 1C | PAGE 2 | PAGE 3 | PAGE 4 | PAGE 5 | PAGE 6 | PAGE 7 | PAGE 8 | PAGE 9 | PAGE 10 | ABOUT ME | MEMBER AREA 2 | CHANNEL BELAJAR BAHASA INGGRIS | BELAJAR SKILL | MATERI BELAJAR SKILL | JAGO VIDEO | JAGO VIDEO AFFILIATE | https://www.bing.com/images/create | https://ideogram.ai/t/trending | https://app.leonardo.ai/ai-generations | DUBBING VIDEO | SUBTITLE GENERATOR | https://member.sarangdigital.id/member-area/login/ | MATERI BELAJAR SARANG DIGITAL | LINK VISUAL AI HARIS | LIST OF MY BLOG | LOGIN DISPROPERTI | KAVLING NAZRA CIKAHURIPAN | METODE KREBS | METODE CEPAT INGGRIS | DAILY ENGLISH | SHADOWING TECHNIQUE | CONTOH SHADOWING TECHNIQUE | PINDAHAN TAHUN KEHILANGAN | HELMI AZHARI | HARIS | AUDIO 1 - 5 | SHADOWING OLD IKLAN | PASSWORD PROTECTED | TEXT TO SPEECH | WEBSITE BUILDER | FREE EMAIL | LINK JUAL FULL | LINK JUAL FULL DENGAN PASSWORD | PER LIMA AUDIO | PER SATU AUDIO | AUDIO DI GOOGLE SITE | AUDIO DI GOOGLE SITE DENGAN PASSWORD | Rp 895.000 | CONTOH SHADOWING TECHNIQUE 2 | BAHAN GAMBAR DAN VIDEO | RISET STICKER TOILET | BAHASA ARAB | BAHASA ARAB CADANGAN | CONTOH MATERI BAHASA ARAB | KURSUS PURI HARMONI | LINK BISNIS PT BEST 2024 | MALAIKAT BERSORBAN |
Namaku Widyawati, atau lebih dikenal oleh tetanggaku sebagai Mamanya Amira.
Perasaanku benar-benar gelisah bercampur khawatir, jam menunjukkan sudah hampir waktunya sholat Dzuhur, sementara suamiku yang pergi sejak jam 7 pagi tadi belum ada kabarnya sampai sekarang.
Aku tahu memang dia tidak ada pulsa sama sekali untuk memberi kabar, sementara HP akupun tidak ada pulsa juga untuk menghubunginya.
Pagi tadi tanpa sarapan apapun, Wawan, suamiku pergi meninggalkan rumah dengan berjalan kaki, sementara tempat yang dituju lumayan jauh.
Uang yang tersisa pagi tadi cuma ada dua ribu rupiah, dan itu hanya cukup untuk membeli dua potong gorengan sebagai sarapan sekaligus makan siang Amira, putri kecilku.
Sebelum pulsanya habis tadi malam Wawan masih bisa SMS-an dengan seorang teman yang menjanjikan akan meminjami kami sejumlah uang.
Oleh karena itulah sejak pagi Wawan sudah meninggalkan rumah untuk menemui teman tersebut.
Tidak banyak memang yang akan kami pinjam, sekedar bertahan hidup untuk membeli satu atau dua liter beras, serta membelikan buku tematik untuk Amira yang saat ini duduk di kelas 4 Sekolah Dasar.
Aku sendiripun tidak sarapan karena sudah seminggu ini setiap harinya menjalani puasa. Aku memang sudah berniat puasa setiap harinya, sambil terus munajat kepada Allah agar kami sekeluarga ini dilepaskan dari kesempitan hidup dan Allah berikan jalan keluar untuk hidup secara layak.
Aku memang sungguh iba dengan Wawan yang begitu keras perjuangannya untuk menghidupi kami sekeluarga ini.
Kerja apapun asal halal pasti dilakoninya, tidak perduli dengan keadaan usianya yang sudah beranjak senja, yang semestinya hanya tinggal istirahat menjalani hari tuanya saja.
Semenjak kehilangan pekerjaan sebagai supir pribadi seorang pejabat, praktis status sebagai pengangguran sudah dijalani Wawan selama setahun terakhir ini.
Tidak jarang, di malam hari disaat lelah masih belum hilang usai tiba dari bekerja serabutan, Wawan masih harus mengambil air dari masjid, dengan menenteng jerigen sejauh 500 meter.
Mesin air pada rumah yang kami tempati memang sudah tidak berfungsi lagi, dan kami belum pernah mempunyai kelebihan uang untuk memperbaikinya.
Yang membuat hatiku lebih teriris lagi, kadang di tengah malam, kudengar isak tertahan suamiku yang merindukan Dianti, putri sulung kami yang sudah berpulang di saat usianya masih 10 tahun, karena sakit yang dideritanya.
Walaupun sudah dua tahun semenjak perginya Dianti, kenangan demi kenangan indah ketika kami masih bersamanya tetaplah lekat dalam ingatan kami, dan hal ini juga yang kadang membuat kami apalagi Wawan didera rasa sedih yang berkepanjangan.
Adzan dzuhur berkumandang melalui pengeras suara di masjid, aku segera bangunkan Amira yang sedang lelap tertidur.
Aku tahu sebetulnya putri bungsuku ini sudah mulai merasa lapar lagi semenjak mulai rebahan satu jam yang lalu.
Dua potong gorengan yang dimakan sejak pagi tadi tentu tidak akan bertahan lama untuk menghilangkan rasa lapar, apalagi bagi anak usia SD seperti Amira.
Amira segera menuju bagian belakang rumah untuk berwudhu. Dan ketika aku menyusulnya ke belakang, perhatianku tertuju kepada selembar kertas pembungkus gorengan yang tergeletak di samping piring yang pagi tadi digunakan untuk menaroh sarapan Amira.
Refleks kuraih kertas itu dan ternyata di bagian sisi lainnya ada tertulis untaian doa yang indah sekali.
Sudah lebih satu jam usai sholat dzuhur serta ba’diyahnya, aku masih duduk di atas sajadah.
Entah sudah berapa ratus kali aku terus mengulang-ulang membaca doa yang aku temukan dari kertas pembungkus gorengan tadi.
Setiap kali mengulangi rangkaian kalimat doa tersebut aku awali dulu dengan membaca tasbihat, sholawat serta istighfar :
سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ للّٰهِ، وَلآ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، وَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Subhanallaahi wal hamdulillahi wa laa ilaaha illallaah, wallahu akbar, wa laa hawla wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzhiim
Aamiin
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد
Allahumma sholli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad
اَللّٰهُمَّ ﺍﻏْﻔِﺮْﻟَﻨَﺎ وَارْحَمْنَا وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا
آمِّينَ
Allahumaghfirlanaa war hamnaa wa ‘afinaa wa’fu ‘anna. اَللَّهُمَّ إِنّكَ تَعْلَمُ سِرِّيْ وَعَلَانِيَتِيْ فَاقْبَلْ مَعْذِرَتِيْ
Allahumma innaka ta’lamu sirrii wa ‘alaa niyatii faqbal ma’dzirotii.
Ya Allah, sungguh Engkau maha mengetahui apa yang tersembunyi dan yang nampak dari diri hamba ini, karena itu terimalah keudzuranku.
وَتَعْلَمُ حَاجَتِيْ فَأَعْطِنِيْ سُؤَلِيْ
Wa ta’lamu haajatii fa’thinii su-alii.Engkau maha mengetahui segala hajat keperluan hamba ini, maka berikan kepadaku apa yang hamba pinta,
وَتَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ.
Wa ta’lamu fii nafsii faghfirlii dzanbii.Engkau maha mengetahui apa yang ada dalam diri hamba ini, maka ampunilah segala dosa hamba.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيْمَانًا يُبَاشِرُ قَلْبِيْ
Allahumma innii as-aluka iimaanan yubaasyiru qolbii.Ya Allah sungguh hamba memohon kepada Engkau, iman yang menyentuh kalbu hamba ini.
وَيَقِيْنًا صَادِقًا
Wa yaqiinan shodiqoo.Serta keyakinan yang benar.
حَتَّى أَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيْبُنِيْ إِلَّا مَا كَتَبْتَ لِي
Hatta ‘a-lamu annahu laa yushibunii illaa maa katabta lii.Sehingga hamba menyadari bahwa tidak ada apapun yang terjadi pada diri hamba ini, kecuali memang telah Engkau tetapkan takdirnya atas diri hamba ini.
وَأَرْضِنِيْ بِمَا قَسَّمْتَ لِي
Wa ardhinii bimaa qossamta lii.
Dan berikanlah kerelaan pada diri hamba untuk menerima apapun yang Engkau tetapkan bagi diri ini.
Waktu hampir menunjukkan jam 03.00 menjelang ashar, ketika aku beranjak dari sajadah dan berniat ke rumah tetangga sebelah rumah untuk meminjam HP dan menghubungi suamiku. Namun niat itu aku urungkan ketika dengan tiba-tiba saja terdengar deru suara mobil berhenti tepat di depan rumah.
Dengan dada berdebar-debar dan badan masih dibalut mukena aku membuka pintu rumah untuk memastikan siapa yang datang.
Dan tiba-tiba saja terdengar pekikan kegirangan Amira memanggil abinya ketika pintu taxi dibuka, nampak suamiku dengan wajah yang sangat ceria keluar dari taxi dengan membawa tentengan tas plastik yang sangat besar.
Amira langsung menghambur keluar berlari menyambut abinya.
Dan sambil meneriakkan : abi datang, abi datang ...., Amira menyalami serta mencium tangan Wawan dan dengan tingkahnya yang lucu berusaha membawakan tas tentengan yang dipegang abinya.
Setibanya Wawan di dalam rumah, akupun spontan memeluk suamiku ini dengan sepenuh rasa syukur kepada Allah, memeluk erat seakan baru bertemu kembali setelah ditinggalkan bertahun-tahun lamanya.
“Hana (ini panggilan kesayangan yang selalu diucapkan Wawan kepadaku), mari kita sujud syukur kepada Allah sekarang.”
Tanpa dikomando dua kali, aku dan Amira langsung mengikuti Wawan, melabuhkan dahi kami ke lantai, bersujud, bersyukur kepada Allah.
Dan ajaib, dengan tiba-tiba saja air mataku tumpah dalam sujud yang terasa sangat indah tersebut.
“Hana, lihatlah ini, betapa baiknya Allah kepada kita hari ini, luar biasa dahsyat, Allahu Akbar,” sambil berkata demikian suamiku mengeluarkan dua gepok uang dari sebuah amplop berwarna hijau.
Seakan tidak percaya dengan pemandangan di depan mataku, aku mendengar suamiku berkata dengan suara bergetar :
“Allah pertemukan aku hari ini dengan seorang anak muda luar biasa yang menurut aku lebih tepat dinamakan sebagai malaikat penolong yang bersorban.”
Wawan menceritakan dengan singkat pertemuan dia dengan seorang lelaki yang tidak mau menyebutkan jati dirinya, yang rupanya memang sudah Allah takdirkan sebagai malaikat penolong bagi kami sekeluarga, yang Allah datangkan untuk mengeluarkan kami dari keterpurukan hidup selama ini,
Kami bertiga menghitung ulang tumpukan uang tersebut dan masyaa Allah, baru kali ini aku menyaksikan dengan mataku sendiri, uang kontan sebanyak ini : dua puluh satu juta, lima ratus ribu rupiah.
Kami bertiga larut dalam tangis kebahagiaan, dan anugrah terindah pada hari itu lebih lengkap lagi ketika kami membuka tas plastik besar itu yang ternyata isinya aneka roti mewah serta makanan kecil dan juga ........... buku tematik yang sangat didambakan Amira.
“Ya Allah, tidak aku sangka malaikat itu memasukkan buku ini ke dalam tas plastik besar ini,” Wawan kelihatannya sangat suprise ketika kami menemukan buku tersebut.
Wawan dan Amira dengan lahap menyantap makanan hadiah dari lelaki langit tersebut sambil tidak henti-hentinya mengucapkan : Allahumma lakal hamdu wa lakasy-syukru (Yaa Allah bagi Engkau-lah segala pujian dan sepenuh rasa syukur).
“Alhamdulillah umi bakal buka puasa dengan makanan terlezat hari ini,” kataku sambil memeluk Amira.
Adzan ashar berkumandang, dan seakan itulah adzan terindah yang pernah kami dengar seumur hidup kami.
“Pergilah suamiku sayang, tunaikanlah kewajibanmu untuk mengerjakan sholat berjamaah di mesjid,” aku mengingatkan suamiku yang sedang asyiknya menghilangkan rasa laparnya untuk segera bersiap-siap melangkahkan kakinya ke mesjid.
Aku tahu suamiku pasti sangat kelelahan sesudah seharian ini berada di luar rumah sejak pagi tadi, namun semua rasa capek harus dikalahkan ketika Allah memanggil kita lewat muadzin-Nya, bukan ?
(Bersambung)
(Bersambung)
INGIN KURSUS BAHASA INGGRIS MELALUI GROUP WA ?
Silahkan klik link berikut ini :
👇👇👇
Please visit us here :
YouTube Channel :
Comments
Post a Comment